Blogsadli.com,- Semakin berkembangnya teknologi membuat para penipu juga semakin melebarkan sayapnya. Jika dulu kita akrab dengan istilah mama minta pulsa, kini metodenya sudah tidak demikian lagi. Dengan maraknya penggunaan media sosial di masyarakat serta tidak bijak menggunakannya, tidak sedikit yang berakhir menjadi korban penipuan hingga rekeningnya terkuras habis.
Daftar Isi
Sebagai seseorang yang pernah ditipu dengan kedok menang undian berhadiah dari salah satu provider, kemudian meminta dibelikan pulsa sebagai syarat untuk pencairan dana. Tetapi sebenarnya bukan masalah bagaimana penipu mengelola emosi, melainkan ada pada momen ketika itu sedang membutuhkan uang untuk membayar uang kuliah, service laptop dan biaya hidup. Bagaimana mungkin tidak tergiur, sedangkan memang benar aku ketika itu pengguna provider tersebut.
Insiden penipuan yang pernah aku alami ini memang sungguh tragis, karena bukan hanya kondisi rekening yang kering tetapi juga meminjam uang pada teman. Tertipu memang tidak banyak, hanya 350.000 rupiah tetapi uang segitu untuk kelas anak kuliahan yang belum punya penghasilan sendiri bisa untuk makan sebulan pada zaman itu. Lebih tragisnya lagi adalah sempat ditahan di salah satu alfamart karena tidak bisa membayar pulsa yang diminta oleh sang penipu.
Masih jelas dalam ingatan bagaimana petugas alfamart ketika itu bilang “sampean ketipu mas, jadi sementara sampean di dalam gudang dulu ya. Nanti kita coba cari solusinya bagaimana”. Dengan raut yang panik karena terpikirkan bagaimana jika kejadian ini dilaporkan pada polisi, bagaiamana jika masuk dalam berita dan orang rumah tau, betapa malunya bapak dan ibu. Akhirnya memutuskan untuk menelpon salah satu teman lagi untuk meminjam uang dan menjadi jaminan ke pihak alfamart.
Penipuan dan Cara Menghindari Penipuan di Era Digital
Kasus yang aku alami di atas adalah satu dari sekian banyak kasus penipuan di Indonesia. Dikutip dari situs Indonesiabaik bahwa Kementerian Komunikasi dan Informatika telah mencatat ada sekitar 1.730 konten Sosial enginering (kasus penipuan) selama Agustus 2018 hingga 16 Februari 2023. Bahkan yang lebih mengejutkan lagi adalah kerugian yang ditimbulkan mencapai 18 Triliun rupiah.
Berdasarkan studi CfDS UGM terhadap 1700 responden di 34 provinsi di bulan agustus 2023, sebanyak 66,6% pernah menjadi korban penipuan online. Lima jenis penipuan yang paling banyak diterima adalah berkedok giveaway (hadiah undian), mengirim tautan, penipuan jual beli, situs web atau aplikasi palsu, krisis keluarga.
Beberapa penipuan yang marak terjadi ini ternyata medianya meemanfaatkan barang yang tidak bisa lepas dari genggaman kita bernama handphone, baik melalui SMS, Telepon, hingga media sosial seperti facebook, twitter, instagram, whatsapp dan telegram. Jadi berkembangnya teknologi informasi menjadikan penyebaran kejahatan sosial enginering ini semakin marak dan menggunakan banyak cara.
Cara Menghindari Social Enginering di Era Digital
Benteng terkuat untuk menghindari adalah diri sendiri dan bisa mewaspadai tindakan-tindakan seperti apa yang terindikasi kajahatan social enginering. Untuk membentengi diri sendiri, tentu harus terlebih dahulu mengetahui tindakan cepat untuk penanganan ataupun tindakan pencegahan.
Hindari Membagikan Informasi Pribadi
Informasi pribadi ini sangat krusial dan jangan sampai disalah gunakan. Sebut saja digunakan untuk pinjol dan seterusnya. Jujur aku pribadi suka gemes ngelihat beberapa teman di media sosial dengan santainya menyebarkan informasi pribadi berupa KTP ataupun buku tabungan. Padahal seharusnya tindakan ini tidak dilakukan, karena bisa saja memancing orang yang tidak bertanggung jawab untuk melakukan tindak kejahatan.
Periksa dan Teliti Pesan yang Masuk
Salah satu kasus penipuan yang sering terjadi adalah melalui pesan yang berupa link atau berupa aplikasi. Beberapa kasus yang pernah viral adalah seperti pengiriman pesan undangan pernikahan tetapi undangan yang dikirimkan bukan format images melainkan format aplikasi APK. Bahkan ada juga berupa link yang captionnya seperti bonus kuota internet. Padahal sebenarnya dua model ini adalah malware dan link phising yang bisa membuka semua data pribadi di perangkat yang digunakan.
Gunakan Password yang susah ditebak
Penggunaan password ini juga terbilang penting untuk melakukan tindak pencegahan, karena yang terkena penipuan biasanya menggunakan password yang mudah ditebak. Dan satu lagi, jika itu urusannya dengan media sosial maka jangan lupa untuk mengaktifkan verifikasi dua kali atau pengamanan ganda.
Jangan mudah tergoda iming-iming
Tawaran yang bagus dan menjanjikan memang menggoda, tetapi please tetaplah berhati-hati. Jangan menjadi orang yang mudah merasa iba, mudah dimanfaatkan hingga mudah digiring, kemudian pada akhirnya rekening dikuras hingga kering. Yang sering beredar sekarang adalah “seorang menawarkan pekerjaan freelance dengan iming-iming pekerjaan mudah dan mendapatkan benefit besar”.
Jika Merasa Mencurigakan, Segera Hubungi Lembaga Terkait
Sebelum Ramadan kemarin, ketika akan mengirimkan paket ke kantor POS. Ada seorang bapak-bapak bertanya mengenai informasi yang ternyata itu tidak valid. Alias bisa dikatakan kalau itu adalah indikasi penipuan. Beruntung sekali si bapak mengambil langkah yang tepat untuk bertanya langsung pada petugas terkait. Jika itu menggunakan nomor whatsapp, maka bisa cek kembali nama nomornya dengan menggunakan aplikasi pihak ketiga getcontact.
Modus Soscial Enginering yang Mengatasnamakan pihak Bank
Bank BRI menyatakan bahwa pihaknya tidak pernah menyebarkan informasi mengenai perubahan tarif, tawaran menjadi nasabar prioritas atau sejenisnya. Maka perlu diperhatikan 4 modus yang biasa terjadi jika itu mengatas namakan pihak BRI. Informasi ini disebarkan pihak BRI sebagai wujud untuk terus #MemberiMaknaIndonesia
-
Info Perubahan Tarif Transfer Bank
Modus pertama adalah pesan whatsapp yang mengatas namakan pihak Bank. Penipu memberikan informasi palsu dan meminta korban untuk mengisi data rahasia seperti PIN, OTP hingga Password. Jika tidak teliti, maka kemungkinan untuk terjebak dalam penipuan ini sangat besar.
-
Tawaran Menjadi Nasabah Prioritas
Modus kedua yang sering didapatkan para nasabah adalah mendapatkan tawaran menjadi nasabah prioritas. Penipu menawarkan promo upgarde dengan berbagai hadiah menarik, lalu meminta data rahasia nasabah.
-
Akun Layanan Konsumen Palsu
Modus yang satu ini lebih banyak ditemukan di media sosial. Karena biasanya akun sosial media palsu yang mengatasnamakan bank memberikan penawaran layanan konsumen. Tentunya korban akan diarahkan ke sebuah website yang sudah didesain sedemikian rupa sehingga membangun kepercayaan korbannya.
-
Tawaran Menjadi Agen Laku Pandai
Modus terakhir adalah tawaran menjadi agena laku pandai. Penipu menawarkan jasa untuk menjadi agen laku pandai dengan syarat mudah, kemudian meminta korban untuk melakukan transfer sejumlah uang untuk mendapatkan mesin EDC.
Jika kamu menemukan indikasi demikian, maka yang harus dilakukan adalah waspada dan #BilangAjaGak jika memang mencurigakan. Pastikan untuk selalu berhati-hati dalam bertransaksi. Jika di media sosial, maka perlu diketahui bahwa akun official pihak bank biasanya sudah verified dan tidak pernah meminta data pribadi.