Atasi Kecanduan Gadget pada Anak: Inspirasi Kampung Lali Gadget

kampung lali gadget

Blogsadli.com,- Gadget telah menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan sehari-hari kita. Namun, dampak negatif penggunaan gadget, terutama pada anak-anak, kini menjadi perhatian serius. Seiring dengan meningkatnya penggunaan gadget di kalangan anak-anak, muncul berbagai tantangan kesehatan fisik, mental, dan sosial yang memerlukan solusi inovatif. Salah satu inisiatif yang layak mendapat perhatian adalah Kampung Lali Gadget (KLG), yang didirikan oleh Achmad Irfandi di Dusun Bendet, Desa Pagerngumbuk, Kecamatan Wonoayu, Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur.

Dampak Negatif Gadget pada Anak-Anak

Penggunaan gadget yang berlebihan pada anak-anak dapat menimbulkan berbagai masalah. Dari gangguan tidur, masalah mata, hingga gangguan mental seperti kecemasan dan perubahan suasana hati, semua ini berakar pada penggunaan gadget yang tidak terkontrol. Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS) 2022, sebanyak 33,44% anak usia dini di Indonesia telah menggunakan gadget, dengan 25,5% di antaranya mulai terpapar gadget pada usia 0-4 tahun.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah merekomendasikan batasan waktu penggunaan gadget untuk anak-anak. Namun, kenyataannya, banyak orang tua yang mengizinkan anak mereka menggunakan gadget di luar batas yang direkomendasikan. Sebuah survei oleh Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) menunjukkan bahwa 79% anak diizinkan menggunakan gadget selain untuk belajar, dan 71,3% dari mereka bahkan memiliki gadget sendiri.

Kampung Lali Gadget: Solusi dari Ketergantungan Teknologi

Dari keprihatinan akan dampak negatif gadget inilah Kampung Lali Gadget muncul sebagai solusi. Didirikan pada 1 April 2018, KLG bertujuan untuk mengurangi ketergantungan anak-anak pada gadget melalui pendekatan budaya dan permainan tradisional. Achmad Irfandi, sang pendiri, memulai inisiatif ini dengan tujuan untuk melestarikan budaya dan menciptakan lingkungan yang lebih sehat bagi anak-anak.

Baca Juga:  4+ Hal Penting Yang Harus Dimiliki Calon Blogger

 

pendiri kampung lali gadget
sumber: goodnewsfromindonesia

Kampung Lali Gadget menawarkan lebih dari 25 jenis permainan tradisional yang dapat mengalihkan perhatian anak-anak dari gadget. Setiap pekan, kegiatan di KLG berganti tema, seperti tema buah-buahan atau batu-batuan, yang mengajarkan anak-anak untuk lebih dekat dengan alam dan budaya lokal.

Tantangan dan Kesuksesan Kampung Lali Gadget

Mendirikan Kampung Lali Gadget bukanlah hal yang mudah. Irfan harus mendatangi sekolah-sekolah terdekat untuk mengajak murid-murid datang ke KLG. Pada awalnya, bangunan KLG masih sangat sederhana, dikelilingi sawah dan kebun. Biaya operasional juga menjadi tantangan besar, di mana Irfan harus mencari dana untuk memberikan fasilitas terbaik bagi anak-anak.

atasi anak kecanduan gadget
sumber: tempo.com

Namun, seiring berjalannya waktu, KLG mulai berkembang. Irfan dan timnya berhasil menciptakan program “beasiswa bermain” di mana seluruh kegiatan tidak dipungut biaya, namun tetap menawarkan berbagai permainan tradisional yang menarik. Anak-anak yang datang ke KLG kini rutin berinteraksi tanpa gadget, belajar, dan bersenang-senang setiap akhir pekan.

Penghargaan dan Pengakuan

Kampung Lali Gadget telah mendapatkan berbagai penghargaan, salah satunya adalah SATU (Semangat Astra Terpadu Untuk) Indonesia Awards 2021. Penghargaan ini diberikan kepada generasi muda yang memiliki kepeloporan dan kontribusi sosial yang signifikan di berbagai bidang, termasuk pendidikan dan teknologi. KLG dipilih dari 11.148 pendaftar, menjadi salah satu dari 11 penerima penghargaan ini.

Masa Depan Kampung Lali Gadget

Melihat pertumbuhan KLG yang di luar prediksi, Irfan bercita-cita untuk mengembangkan KLG menjadi lembaga pendidikan non-formal berbasis kampung dan permainan tradisional. Meskipun tantangan seperti minimnya sumber daya manusia masih ada, Irfan dan timnya tetap berkomitmen untuk terus memberikan dampak positif bagi perkembangan anak-anak.

Kesimpulan

Kampung Lali Gadget adalah contoh inspiratif bagaimana kita dapat mengatasi tantangan modern dengan kembali ke akar budaya dan alam. Inisiatif Achmad Irfandi mengajarkan kita bahwa meskipun teknologi membawa kemudahan, kita tidak boleh kehilangan koneksi dengan kehidupan yang lebih sederhana dan komunitas yang kuat. Dengan pendekatan ini, kita dapat menciptakan masa depan yang lebih sehat dan bahagia bagi generasi mendatang.

About the author: ilhamsadli

Penikmat senja dan puisi, selain juga suka dengan tantangan baru. Berhenti belajar artinya aku mati

Related Posts

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.